Kekuatan Rempah: Mengapa Kayu Manis dan Cengkeh Indonesia Diburu Dunia

Kekuatan Rempah: Mengapa Kayu Manis dan Cengkeh Indonesia Diburu Dunia

Sejak zaman kuno, Nusantara telah dikenal sebagai pusat rempah-rempah global, menarik pedagang dari berbagai penjuru dunia, mulai dari Tiongkok hingga Eropa. Hingga kini, komoditas unggulan seperti kayu manis (Cinnamomum burmannii) dan cengkeh (Syzygium aromaticum) tetap memegang peranan krusial, diburu oleh industri makanan, farmasi, dan kosmetik internasional. Kekuatan Rempah Indonesia tidak hanya terletak pada kuantitasnya yang besar, tetapi pada kualitas aroma dan kandungan zat aktif yang unggul, menjadikannya standar emas di pasar global. Memahami alasan di balik permintaan tinggi ini adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi ekonomi lokal.

Kayu manis Indonesia, khususnya dari jenis cassia, menyumbang lebih dari 40% dari total pasokan dunia. Sentra produksi utamanya berada di daerah Kerinci, Jambi, dan Sumatera Barat, di mana petani menerapkan metode panen tradisional yang menjaga kualitas kulit kayu. Kekuatan Rempah dari kayu manis ini terletak pada kandungan minyak sinamaldehid yang tinggi, yang bertanggung jawab atas rasa pedas manis yang khas. Selain untuk bumbu dapur, kayu manis kini banyak digunakan dalam industri farmasi. Menurut laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 1 September 2025, ekspor kayu manis yang ditujukan untuk bahan baku suplemen kesehatan telah meningkat 20% dalam setahun terakhir, didorong oleh penelitian yang menunjukkan manfaatnya dalam mengatur kadar gula darah.

Sementara itu, cengkeh Indonesia memiliki Kekuatan Rempah pada kandungan eugenol yang mencapai 80%, jauh lebih tinggi dibandingkan cengkeh dari Madagaskar atau Zanzibar. Cengkeh, yang banyak dibudidayakan di Maluku Utara dan Sulawesi Utara, awalnya sangat diminati oleh industri rokok kretek domestik. Namun, kini permintaan global beralih ke minyak atsiri cengkeh, yang diekstraksi dari kuncup bunga, tangkai, dan daun. Minyak cengkeh ini merupakan bahan penting dalam industri kosmetik, pasta gigi, dan antiseptik. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat bahwa pada kuartal III 2025, nilai ekspor minyak atsiri cengkeh mencapai USD 50 juta, dengan pasar utama di Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan, Kementerian Pertanian telah meluncurkan program sertifikasi Good Agricultural Practices (GAP) kepada 10.000 petani di daerah penghasil utama rempah. Program ini, yang mencakup pelatihan teknik pascapanen dan pengeringan yang higienis, bertujuan untuk mengurangi kontaminasi dan meningkatkan umur simpan produk. Dengan menjaga kualitas, Indonesia memastikan bahwa kayu manis dan cengkehnya akan terus menjadi komoditas unggulan yang tak tergantikan di pasar internasional.

Comments are closed.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org